Pengikut

Kamis, 20 September 2012

Rumah Pohon Merindu




Disana dihutan hijau ada sebuah rumah pohon berkilau cahaya matahari
Berdinding ranting kering, beratap daun pisang, berlantai daun kelapa
Kudekati dan kuamati terlihat seekor orangutan sedang duduk menatap sedih
Wajahnya dibalut darah mulai mengering, matanya berlinang berbaur duka
Kudekati dia, kucoba tersenyum padanya, dan kulambaikan tanganku untuknya
Bagaikan didunia hutan ajaib, dia mulai bicara padaku dan aku pun mengerti
Jiwaku bergetar, terdengar suaranya yang melirih memilu perih
Dan akupun lemas berlutut, mendengarkan bisikan berucap pilu

Hey manusia!
Ceritakan duka lara dari rumah pohon ini kepada manusia-manusia
Aku seorang induk orangutan yang sedang berduka nestapa tidak terobati
Kemarin ada sekelompok manusia telah menembak mati pasanganku kejantungnya
Mereka menyeret bangkai pasanganku, ditaruhnya keatas truck, lalu dibawanya pergi
Yang tersisa hanya ceceran darah merah menggenangi daun kering dan
patahan ranting
Kusentuh darah segar itu, lalu kuusapkan darah segarnya diwajahku ini
Tak akan kubasuh sampai mengering, kutunggu jiwanya datang tuk
membasuh wajahku
Dan akan kusapa dia dengan nada-nada syair cinta dari sanubariku nan tulus
Selamat jalan pasanganku, menarilah dicahaya rembulan disetiap purnama tiba
Niscaya wajahmu kan tergambar terang disela-sela indahnya kilauan
rembulan malam
Dan biarkan aku memandangimu dari bumi hutan hijau rumah kita

Hey manusia!
Kemarin ada sekelompok manusia telah merampas anakku dari pangkuanku
Dia anak lelakiku satu-satunya, dia tampan berbulu coklat panjang
berkilauan memikat
Dia senang bergelantung bermain ceria dipundakku diselingi suaranya
yang lucu
Tangan jemari mungilnya mulai pintar memetik buah yang segar dari
pepohonan
Aku rutin bercerita buaian malam untuk menghantarnya tertidur dipangkuanku
Dikala dia bermimpi, kusentuh bibirnya yang selalu tersenyum walaupun
dalam tidurnya
Lihatlah keatas pohon, disana ada rumah pohon sulamanku buat anak lelakiku
Bersusah payah aku menyulam ranting-ranting kering demi sulaman cantik pelindung
Air mataku akan menghujani rumah pohon ini, sampai luka hatiku
tersulam indah lagi
Akan selalu kujaga rumah pohon ini, sampai pada hari anakku pulang
kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar...asal tetap dalam koridor yang santun

Pladu Sungai Brantas 2024