Pengikut

Jumat, 27 September 2013

LINK DISINI.com: Mujahidah Sunnah

LINK DISINI.com: Mujahidah Sunnah

 

Kisah Teladan Islam – Nabi Sulaiman AS dan Ratu Bilqis

Nabi Sulaiman AS dari negeri Ursyalim adalah putra nabi Daud AS yang memimpin negeri ini dengan sangat bijaksana. Negeri Ursyalim dikaruniai tanah yang subur dan diberikan curahan rizki yang berlimpah. Kerajaan Ursyalim merupakan kerajaan terkaya sepanjang masa. Tidak ada kerajaan manapun sebelum dan setelah kekuasaan nabi Sulaiman AS yang bisa menandingi kekayaannya. Negerinya begitu luas, bahkan di dalam istananya tebentang padang yang sebagian dihampari emas dan sebagian dihampari perak sebagai permadaninya. Dan jika tentaranya berbaris di padang itu, panjang barisannya tidak kurang dari 3 mil. Selain,itu sebagai seorang nabi, nabi Sulaiman diberi mujizat yang luar biasa, dia menguasai bahasa binatang dan jin. Tidak heran jika kekuasaannya tidak hanya meliputi umat manusia tetapi juga menguasai kerajaan binatang dan kerajaan jin. Kendaraan nabi Sulaiman adalah angin, sehingga dia bisa sampai di suatu tempat hanya dengan hitungan detik.

Meski kerajaannya begitu luas, namun nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS dapat menjamin kemakmuran rakyatnya. Setiap hari beribu-ribu ternak dikurbankan dan dagingnya dibagikan kepada rakyat. Piring-piring sebesar kolam dan periuk-periuk yang tidak pernah meninggalkan tungkunya tersebar di wilayah kerajaan, sehingga rakyat tidak pernah kekurangan makanan. Selain itu kebijakan dan kearifan kedua nabi ini tidak perlu diragukan lagi.
Suatu hari nabi Sulaiman mendengar bahwa di sebuah negeri bernama negeri Shaba, ada seorang ratu yang kecantikannya tiada tara. Sayang rakyat di negeri itu masih menyembah matahari sebagai Tuhan mereka. Maka diutuslah seekor burung bulbul untuk menyampaikan surat kepada ratu Shaba. Isi surat itu adalah supaya negeri Shaba menyerahkan diri kepada negeri Ursyalim dan mengakui Alloh SWT sebagai Tuhan yang Esa.
Sementara itu ratu Shaba yang menerima surat tersebut, mengumpulkan majlisnya dan meminta pertimbangan. Ramailah suasana di dalam majlis itu. Sebagian menginginkan perang dan sebagian lagi mengusulkan untuk berdamai. Kebetulan saat menerima surat itu, negeri Syaba sedang mengalami musibah. Banyak warga Syaba yang terkena wabah yang mematikan, sehingga sebagian warga telah menjadi korban. Hal ini mebuat pertahanan negeri ini menjadi porak poranda. Dan berdasarkan pertimbangan itu pula ratu memutuskan untuk mengirimkan utusan yang akan mempersembahkan hadiah kepada raja Ursyalim sebagai tanda perdamaian. Namun ternyata raja Ursyalim menolaknya dan mengancam akan menyerang negeri syaba jika mereka tetap tidak mau bertobat.
Akhirnya ratu memutuskan untuk datang sendiri mengunjungi negeri Ursyalim untuk bertemu dengan nabi Sulaiman AS.
Perjalanan menuju Ursyalim membutuhkan waktu berhari-hari dan harus ditempuh dengan jalur darat dan laut. Namun lelahnya perjalanan itu terobati ketika melihat betapa indahnya negeri Ursyalim. Nabi Sulaimn AS sendiri yang menyambut rombongan ratu Syaba.
“Perkenankan aku memanggilmu Bilqis wahai ratu Shaba. Artinya adalah permaisuri yang cantik,” kata nabi Sulaiman yang membuat ratu Shaba itu tersipu.
Di depan gerbang istana ratu tercengang melihat kemegahan istana Ursyalim. Istana itu terletak seolah di tengah-tengah sebuah kolam yang sangat jernih.
Dan nabi pun berkata, “Wahai Bilqis masuklah engkau ke dalam istana!”
Maka ratu mengangkat sedikit roknya karena takut airnya akan membasahi roknya.
Melihat itu nabi menenangkannya dan berkata,”Jangan takut wahai Bilqis, sesungguhnya yang kaulihat ini bukan air melainkan kaca yang licin.”
Mereka lalu masuk ke dalam istana dan nabi Sulaiman mempersilahkan ratu Shaba atau ratu Bilqis untuk duduk di singgasana. Betapa terkejutnya ratu ketika menyadari bahwa singgasana yang akan didudukinya adalah tidak lain singgasananya sendiri yang seharusnya berada di negerinya.
“Apakah singgasana ini mirip dengan singgasanamu? Tanya nabi.
“Yah, memang mirip. Hanya saja ada beberapa permata yang hilang dari tempatnya,” jawab ratu sambil meneliti singgasana tersebut.
“Itu memang singgasanamu!” kata nabi.
“Bagaimanakah caranya singgasanaku bisa sampai kemari sementara aku menguncinya di negeriku?” tanya ratu.
“Tentu atas ijin Alloh, seseorang bisa membawanya kemari bahkan sebelum aku sempat berkedip,” kata nabi.
Ratu terkagum-kagum mendengar penjelasan nabi. Kini dia semakin yakin bahwa nabi Sulaiman bukan raja sembarangan.
Mereka lalu menuju taman istana dimana berbagai macam buah tumbuh subur dan di dalamnya mengalir sungai-sungai yang mengalirkan air dengan bermacam rasa. Sungguh anugrah Alloh yang luar biasa. Melihat semua peristiwa ini, ratu Bilqis menyatakan keimanannya kepada Alloh SWT dan mengakui nabi Sulaiman sebagai rosul utusan Alloh.
Ternyata pertemuan dua insan ini menimbulkan rasa cinta yang mendalam, sehingga nabi Sulaiman AS meminang ratu Syaba dan mereka pun menikah.
Cinta sejati mereka hanya terpisahkan ketika pada suatu hari di masa tuanya, nabi sedang mengawasi para jin bekerja lalu tiba-tiba jatuh tesungkur karena tongkat yang dipegangnya dimakan rayap. Rupanya nabi telah tiada sejak lama. Dan kalau bukan karena rayap yang menggerogoti tongkatnya hingga patah, tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa nabulloh itu telah pergi. Subhanalloh semoga kita selalu menjadi hamba Alloh yang bersyukur. Amin.
(SELESAI)

Kisah Nabi Nuh

Nuh adalah keturunan kesembilan Nabi Adam, ayah Nuh bernama Lamik bin Mata, Nuh diutus ke negeri Armenia.
Kala itu penduduk Armenia banyak berbuat syirik, mereka tidak lagi beribadah kepada Allah, melainkan kepada patung – patung.
“Wahai saudaraku, aku adalah rasul Allah. Aku diutus untuk mengingatkan kalian. Mari, tinggalkan patung – patung itu! beribadahlah kepada Allah!” seru Nuh kepada penduduk Armenia. Penduduk Armenia malah mengejek Nuh. “Hai Nuh, jangan sok pintar! Kami tidak butuh nasihat! Kami tahu apa yang harus kami lakukan, ” kata salah seorang penduduk.
Nabi Nuh tidak putus asa. Ia terus mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah. “Saudaraku, kembalilah ke jalan yang benar. Jika tidak, kalian pasti mendapat hukuman di dunia, begitu juga siksaan di akhirat kelak,” kata Nuh.
“Hai Nuh, jangan banyak omong! Datangkan saja azab itu. Kami tidak takut, tantang penduduk”, mengejek Nuh.
Tak terasa, Nuh telah tinggal bersama penduduk Armenia selama 950th. sekian lama ia berdakwah, namun hasilnya belum memuaskan. “Sekian ratus rathun aku berdakwah, tak lebih dari 100 orang yang mau beriman. Itupun dari kalangan orang – orang miskin,” kata Nuh.
Suatu hari, Nuh didatangi beberapa pembesar yang kaya raya, mereka mau beriman dengan syarat Nuh harus mengusir orang – orang miskin yang menjadi pengikutnya. “Saudaraku semua manusia itu sama. Kaya n miskin tak berbeda. Perbedaan hanya ditentukan oleh ketaqwaan bukan oleh harta kekayaan,” jawab Nuh tegas. Para pembesar itu malu dan kecewa.
Nabi Nuh terus mengajak penduduk Armenia untuk beriman kepada Allah.”Hei, Nuh yang bodoh, pergilah kamu dari tempat ini! Kamu tidak pantas lagi tinggal disini!” teriak penduduk Armenia.
Kesesatan dan kejahatan penduduk Armenia sangat kelewat batas. Hati mereka keras seperti batu. Mereka sulit menerima nasihat – nasihat kabaikan.
Nuh berusaha bersabar. Namun, ia tidak kuasa melihat pengikutnya dihina, diusir, dan disakiti. Nuh pun berdoa. “Ya Allah, binasakanlah orang – orang kafir itu. Jangan biarkan seorang pun hidup. Sebab, mereka akan terus menyesatkan hamba – hamba-MU. Mereka juga hanya akan melahirkan anak – anak durhaka seperti mereka.”
Allah mengabulkan permohonan Nuh. Tak lama, Malaikat Jibril datang dan memerintahkan Nuh menanam sebuah pohon. “Benih ini dari surga dan akan tumbuh menjadi pohon yang sangat besar,” kata jibril. Lalu, Jibril menjelaskan agar Nuh dan pengikutnya membuat perahu besar dari pohon itu.
Tak lama setelah benih ditanam, tumbuhlah pohon sangat besar. Nuh dan pengikutnya segera membuat perahu dari pohon itu. Penduduk Armenia mentertawakan apa yg dikerjakan Nuh. “hahaha…lihat, apa yang dikerjakan orang – orang itu? Mereka membuat perahu di sebuah bukit? Hahaha…teriak penduduk Armenia.
Walau hinaan dan cacian itu sangat menyakitkan, namun Nuh dan pengikutnya berusaha untuk tetap sabar. Tak lama Allah memerintahkan Nuh untuk segera berkemas dan menaiki perahu beserta hewan – hewan dan pengikutnya. Tiba – tiba, langit pun mendung. Awan hitam bergumpal – gumpal. Petir berkilat menyilaukan. Terdengar guruh menggelegar. Keadaan benar – benar mengerikan. Tak lama berselang hujan turun sangat lebat.
Bumi pun digenangi air. Makin lama makin tinggi. Banjir besar melanda negeri. Sementara itu, penduduk Armenia yang kafir termasuk Kan’an anak Nuh, dihantam ombak yang datang bergulung – gulung. Mereka pun mati tenggelam. “Maha Besar Allah. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau!” seru Nuh penuh syukur. Nuh dan para pengikiutnya yang beriman gembira. Mereka pun hidup bahagia.
Dikutip dari buku Iqra Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar...asal tetap dalam koridor yang santun

Pladu Sungai Brantas 2024