Hindari Kolusi dan Nepotisme
Kata kolusi dan nepotisme sering banget kita dengar ketika orang-orang membicarakan masalah korupsi kan sobeX. Boleh dikatakan sih, antara korupsi, kolusi dan nepotisme ini kakak adik yang tidak bisa dipisahkan. Semuanya saling berkaitan. Mereka saling dukung-mendukung. Korupsi tidak akan muncul kalau bukan dari kolusi dan nepotisme. Sebelum kolusi dan nepotisme ini terlaksana untuk mencapai tujuan tertentu pasti ada bermain politik uang apalagi kalau korupsi namanya. Jadi, salah satu di antara mereka tidak bisa disalahkan begitu saja tanpa ada sebab. Makanya mereka selalu bergandengan tangan atas nama Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Betul nggak sobeX?
Kemarin kita sudah membicarakan salah satu dari mereka yaitu tentang korupsi. Nah, hari ini kita membahas masalah kolusi dan nepotisme sobeX. Ngomong-ngomong soal kolusi dan nepotisme sebenarnya keduanya ini sama-sama berprilaku untuk mengambil kesepakatan sebagai bentuk aturan bermain bersama dalam lingkungan tertentu (konformitas).
Pastinya sobeX ingat dong dengan salah satu kasus korupsi berantai politisi Nazaruddin yang akhirnya menjerat Angelina Sondakh masuk tahanan. Namun, apakah segitunya kolusi dan nepotisme? Padahal kalau kita lihat sebenarnya, berkolusi dan nepotisme itu sah-sah saja. Nah, menurut sobeX bagaimana boleh nggak sih berkolusi dan bernepotisme itu?
Menurut Muhammad Ikhsan yang ingin menjadi pengusaha muda ini boleh-boleh aja sobeX. “Boleh-boleh aja sih, menurut aku itu tergantung dari ideologi yang dipakai masing-masing negara sobeX,”ujar siswa SMA PMT Prof. Dr. Hamka ini.
Aulia Charina Putri siswa SMAN 15 Padang ini juga mengatakan hal yang sama sobeX, “Boleh aja kok, nggak ada larangan untuk berkolusi dan bernepotisme. Kan nggak semua kolusi dan nepotisme itu jelek. Hanya saja tergantung kepada pejabatnya sendiri. Kebanyakan mereka berkolusi dan bernepotisme untuk menghabiskan uang negara. Pejabat kalau sudah punya jabatan tinggi pasti lupa semua, yang terpikirkan hanya uang dan uang,” ujar cewek yang bercita-cita menjadi presiden ini.
Cowok yang bernama Fitriatul ini mengatakan kolusi dan nepotisme itu ada untungnya namun lebih banyak ruginya. Lalu, bagaimana menurut mahasiswa Unand ini, apakah kolusi dan nepotisme itu boleh dipakai dalam sistem pemerintahan?
“Kolusi dan nepotisme ada untung dan ruginya, tapi lebih banyak kerugiannya sobeX. Jadi, lebih baik ditinggalkana ja. Itu akan lebih baik untuk suatu negara, apalagi bangsa Indonesia yang punya sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.
Masalah kolusi dan nepotisme ini memang masih menjadi pertimbangan bagi negara kita sobeX. Apakah sistem ini sah-sah saja dilakukan atau di haramkan untuk berkolusi ataupun nepotisme dalam sistem pemerintahan. Memang agak sulit untuk meninggalkan asas kekeluargaan atau kedekatan seseorang ataupun kelompuk untuk mencapai tujuan tertentu sobeX. Pastinya orang lain juga ingin keluarganya menduduki posisi strategis pada lingkungan tertentu bukan. Namun, apakah sistem yang seperti ini adil?
“Untuk menciptakan pemerintahan yang sehat itu sebaiknya kolusi dan nepotisme itu dihapus saja sobeX.Nggak boleh ada dalam sistem pemerintahan, sebab akan menimbulkan diskriminasi dan perpecahansobeX,” ujar Luciana Purnama mahasiswa IAIN Imam Bonjol padang ini.
Memakai asas untuk berkolusi ataupun bernepotisme sebenarnya sah-sah aja kok sobeX. Asalkan bukan menyangkut kepentingan umum yang merugikan orang banyak. Seperti memperebutkan kedudukan, kalau tidak berpotensi ngapain juga diletakkan di tempat yang strategis. Nah, ini nih yang nggak boleh sehingga nantinya menimbulkan diskriminasi sobeX.
[ Red/Administrator ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar...asal tetap dalam koridor yang santun